The Fear of Doing Nothing

Bernadetha Maria
2 min readDec 27, 2020

Kapan terakhir kali kamu tidak melakukan apa-apa?

Kemarin?
Akhir pekan lalu?
Bulan lalu?
Atau…
kapan ya?

Seringkali kita tenggelam dengan dunia yang terlalu sibuk dan berisik tanpa henti. Terus berlari tanpa sempat berhenti untuk sejenak mengambil napas.

Satu hari penuh dengan jadwal seolah-olah to do nothing is a mistake.
Is it?

Terkadang diam dan ‘melambat’ sangat diperlukan untuk kita bisa melihat hal-hal dengan gambaran yang lebih besar, dari sudut pandang yang lain. Untuk menyadari hal-hal yang selama ini kita anggap wajar atau sepele. Melihat makna lebih dalam yang tersimpan di baliknya dan menyadari dengan sungguh apa sebenarnya yang kita miliki dalam hidup.

Thich Nhat Hanh, seorang buddhist monk mengatakan bahwa diri kita adalah seolah-olah kolam penuh lumpur. Kita terlalu sibuk berlari sehingga menjadi keruh dan kita tidak bisa melihat secara jelas. Doing nothing penting untuk mengendapkan lumpur yang sudah terlalu keruh, membiarkannya jatuh dan mengendap di dasar sehingga air menjadi jernih dan kita dapat melihat lebih jelas, mendengar lebih jelas, dan mengerti lebih dalam.

But to do nothing is not an easy task to do. Or at least for me, it’s definitely not.

Terlalu sering berlari membuat saya lupa bagaimana caranya untuk berhenti.
Terlalu sering berbicara membuat saya lupa bagaimana caranya untuk mendengar.
Terlalu sering terpaku membuat saya lupa bagaimana caranya untuk melihat.

To do nothing often sounds scary, because one finally has to face and deal with their own self or things they’ve been avoided.
For me, it’s always been my biggest fear.
But a single step back somehow has to be taken.
In order to understand,
In order to keep the balance.

--

--